Prinsip ekonomi Islam dan kontribusinya terhadap keberlanjutan ekologi dan pembangunan ekonomi hijau
PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN KONTRIBUSI TERHADAP
KEBERLANJUTAN EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI HIJAU
Penulis korespondensi: shovkhalov.shamil@gmail.com
1.PENDAHULUAN
Dalam wacana kontemporer tentang pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan, prinsip-prinsip ekonomi Islam menawarkan perspektif yang unik dan berharga. Berakar pada ajaran Al-Qur'an dan Hadits, prinsip-prinsip ini menekankan pendekatan holistik terhadap aktivitas ekonomi yang mencakup keadilan sosial, pengelolaan lingkungan, dan perilaku etis. Integrasi prinsip-prinsip ini ke dalam praktik ekonomi modern dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan ekonomi hijau dan promosi keberlanjutan ekologis. Pendahuluan ini mengeksplorasi dasar-dasar prinsip ekonomi Islam, relevansinya terhadap keberlanjutan ekologis, dan kontribusi potensialnya terhadap ekonomi hijau.
•>Tauhid (Keesaan Tuhan). Konsep dasar ini menggarisbawahi keyakinan bahwa semua ciptaan saling
berhubungan dan merupakan bagian dari kesatuan ilahi. Oleh karena itu, kegiatan ekonomi harus mencerminkan
keterhubungan ini dengan memastikan bahwa tindakan manusia tidak merusak lingkungan atau mengganggu keseimbangan alam
•>Khalifah (Pengelolaan). Manusia dianggap sebagai pengelola Bumi, yang dipercaya untuk merawat dan
melestarikannya. Amanat pengelolaan ini menyiratkan bahwa pembangunan ekonomi tidak boleh mengorbankan
kerusakan lingkungan. Sebaliknya, pembangunan ekonomi harus mendorong keberlanjutan dan rasa hormat
terhadap semua makhluk hidup
•>Mizan (Keseimbangan). Prinsip Mizan menyerukan keseimbangan dan moderasi dalam semua aspek
kehidupan, termasuk praktik ekonomi. Prinsip ini mencegah konsumsi berlebihan dan pemborosan
Penerapan prinsip-prinsip ekonomi Islam terhadap keberlanjutan ekologi terlihat jelas dalam beberapa bidang utama yaitu:
1. Pengelolaan Sumber Daya: Ajaran Islam menganjurkan penggunaan sumber daya alam secara bijaksana.
2. Pengurangan Sampah: Konsep Israf (pemborosan) secara tegas tidak dianjurkan dalam Islam.
3. Inovasi dan Penelitian: Ajaran Islam mendorong pencarian ilmu pengetahuan dan inovasi. Hal ini dapat
mendorong penelitian dan pengembangan teknologi hijau, seperti energi terbarukan, pertanian berkelanjutan, dan proses manufaktur dalam lingkungan.
Ekonomi hijau berupaya mencapai pertumbuhan dan pembangunan ekonomi sambil memastikan bahwa
sumber daya alam digunakan secara berkelanjutan. Prinsip ekonomi Islam dapat memberikan kontribusi signifikan melalui berbagai cara yaitu:
1. Investasi Etis: Keuangan Islam melarang bunga (riba) dan mendukung pengaturan pembagian laba rugi.
Investasi diarahkan pada proyek-proyek yang memiliki manfaat sosial dan lingkungan. Pertumbuhan Sukuk
(obligasi Islam) dalam pembiayaan proyek-proyek energi terbarukan adalah contoh utama bagaimana keuangan islam.
2. Praktik Bisnis Berkelanjutan: Bisnis yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip Islam didorong untuk
mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan. Ini termasuk meminimalkan dampak lingkungan, memastikan praktik
ketenagakerjaan yang adil, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Praktik-praktik ini dapat
meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan dan mendorong keberlanjutan jangka panjang.
3. Inovasi dan Penelitian: Ajaran Islam mendorong pencarian ilmu pengetahuan dan inovasi. Hal ini dapat
mendorong penelitian dan pengembangan teknologi hijau, seperti energi terbarukan, pertanian berkelanjutan.
2.METODE PENELITIAN
Perlu dicatat bahwa pasar halal menunjukkan pertumbuhan tahunan yang signifikan sekitar 9% per tahun.
Berdasarkan data saat ini, dapat diasumsikan bahwa dalam beberapa tahun mendatang volumenya akan
mencapai $3 triliun. Pertumbuhan yang mengesankan ini disebabkan oleh aktifnya pengembangan
ekosistem ekonomi Islam di 81 negara yang termasuk dalam studi di atas [Anam, Sany Sanuri, & Ismail, 2018].
PariwisataMenariknya, empat negara teratas dalam peringkat tersebut tetap tidak berubah, dan Malaysia dengan percaya diri memegang posisi terdepan dalam daftar ini selama sembilan tahun berturut-turut [Mahdzan,
Zainudin & Sulaiman, 2018; Zailani, Iranmanesh & Aziz, 2017]. Diikuti oleh Arab Saudi, UEA, dan Indonesia,
yang juga mempertahankan posisi mereka [Ratnasari, Ula & Sukmana, 2020]. Penting untuk dicatat bahwa
daftar pemimpin, yang termasuk dalam 15 negara teratas, mencakup peserta baru seperti Inggris Raya dan
Kazakhstan [Ratnasari, Ula & Sukmana]. Turki dan Singapura membuat lompatan yang mengesankan,
masing-masing naik 7 dan 8 posisi, dan sekarang menempati 5 dan 7 tempat. Sementara Nigeria dan beberapa negara lain keluar dari daftar teratas, yang menunjukkan dinamisme pasar halal.
3.HASIL
Prinsip ekonomi Islam berkontribusi secara signifikan dalam mempromosikan gaya hidup sehat, pelestarian
lingkungan, keadilan sosial, dan perilaku etis, yang semuanya mendukung pengembangan ekonomi hijau.
Aspek utama ajaran Islam adalah dorongan untuk menjalani gaya hidup sehat, yang ditegaskan oleh Nabi
Muhammad yang menekankan pentingnya kesehatan sebelum penyakit. Nutrisi yang tepat dianjurkan, dengan
anjuran untuk makan secukupnya, dan konsumsi makanan halal, yang dianggap ramah lingkungan. Larangan alkohol dan tembakau lebih sejalan dengan anjuran kesehatan modern, karena keduanya dianggap sebagai zat berbahaya.
4.DISKUSI
Tabel ini memberikan analisis komparatif aspek-aspek utama paradigma ekonomi hijau dan
ekonomi Islam, yang menyoroti persamaan dan perbedaannya. Jelas bahwa ekonomi Islam
hanya mencakup sebagian kecil tugas yang melekat dalam ekonomi hijau, tetapi secara efektif
memecahkan masalah lingkungan yang kritis. Dapat dikatakan bahwa kemajuan model ekonomi
5.kesimpulan
Di dunia modern, sangat penting untuk mempelajari dan menganalisis berbagai model ekonomi
dan dampaknya terhadap lingkungan. Analisis komparatif model ekonomi hijau dan Islam yang
dilakukan dalam artikel ini memungkinkan untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaannya.
Salah satu fitur utama model ekonomi Islam adalah penekanannya pada keadilan dan
keberlanjutan, yang tercermin dalam pendekatannya terhadap isu-isu lingkungan. Namun,
ekonomi hijau lebih berfokus langsung pada pengurangan dampak lingkungan dan bergerak
menuju praktik produksi dan konsumsi yang berkelanjutan. Meskipun kedua model memiliki
keunggulan uniknya sendiri, ada potensi bagi mereka untuk berinteraksi dan berkembang bersama.
6.REFERENSI
1. J. Fraedrich, O. Althawadi dan R. Bagherzadeh, Jurnal Pemasaran Islam 9(4), 913– 934 (2018) .
2. S. Zailani, M. Iranmanesh, A. Aziz, K. Kanapathy, Jurnal Pemasaran Islam 8(1),127–139 (2017).
3. M. Tieman, Jurnal Pemasaran Islam 11(3), 591–601 (2019).
NAMA:MUHAMMAD NUR AZHAR
NIM:24081194210
PROFIL SINGKAT:saya sebagai mahasiswa baru yang berkuliah di Unesa dari prodi Ekonomi Islam fakultas Ekonomika dan Bisnis